Hayoo.. Siapa yang anaknya suka mantengin Youtube? Teknologi memang membuat zaman sangat cepat berubah ya mak. Kita mengalami banyak era modern padahal usia kita bahkan belum atau baru saja masuk kepala tiga. Persiapkan anak kita menjadi sosok tangguh di masa depan yang antah berantah, salah satunya dengan mengajarkan tentang teknologi. Intip cara asyik bermain sambil belajar ranah teknologi di sini. Baca sampai tuntas yes.
Bocah tiga tahun merengek sesuatu pada ibunya, bukan minta permen
bukan pula balon. Si bocah teriak-teriak, “Hape! Hape! Youtube! Youtube!”
Ada lagi bocah yang lebih kecil, duduk di pojokan dengan
tenangnya. Ternyata dia asyik nonton dengan bebasnya, dan dengan data internet
yang terus on, sementara si emak asyik menggosip dengan temannya.
Belum lagi, sebuah grup whatsapp tiba-tiba dipenuhi bahasa
alien karena aksi balita yang sukses diam-diam menyita gadget ibunya.
Kuota internet 5 gigabyte ludes dalam hitungan hari gara-gara
youtube yang terus memutar video di tangan bocah yang tertidur pulas.
Anak 5 tahun masih saja disuapi karena tanggannya malas
memegang sendok akibat sibuk menggerakan jari di layar gadget yang menampilkan
game warna-warni.
Familiar? Iyes, adegan-adegan dramatis di atas sudah menjadi
tontonan lumrah buat emak-emak, termasuk saya. Miris sangat. Bahkan saat ini
gadget seakan asisten rumah tangga, atau lebih tepatnya baby siter “penolong”
ibu-ibu yang rempong dengan setumpuk pekerjaan rumah.
Bukan membela kaum ibu-ibu, namun perlu diakui keberadaan
gadget membuat kita para ibu serba salah. Jika tak dikenalkan gadget, si anak
ketinggalan zaman. Jika dikenalkan, dia ketagihan. Bahkan sekalipun dibatasi, anak-anak
sudah tahu adanya ‘benda ajaib’ dan terus mengharapkan jadwalnya beryoutube dan
bergame ria.
Saya memiliki anak balita, dan saya pula merasakan keruwetan
ibu-ibu dalam mengatur penggunaan gadget untuk anak. Lalu saya mengeksplore perkembangan
anak saya sendiri termasuk bagaimana nalar dia berkembang. Barulah saya
menyadari satu hal, ternyata selama ini saya (dan mungkin juga ibu-ibu lain)
melakukan kesalahan dalam mengenalkan gadget ke anak. Kesalahan itu:
ANAK DIKENALKAN GADGET DAN BUKAN TEKNOLOGI, PADAHAL GADGET HANYALAH SALAH SATU PRODUK DARI TEKNOLOGI. SEMENTARA YANG DIBUTUHKAN ANAK ADALAH PENGETAHUAN DAN STIMULASI TENTANG TEKNOLOGI.
Tunggu, jangan bingung dulu mak karena saya akan mengajukan pertanyaan
yang sangat krusial:
Sejauh mana anak balita Anda mengetahui perihal teknologi?
Adakah jadwal belajarnya yang bertema teknologi?
Jangan bilang, emaknya saja tak tahu apa itu teknologi, hahahaa
#gubrak. Hayuk mak kita belajar bareng, mengapa si kecil perlu belajar
teknologi, bahkan sejak usia dini.
Dalam pendidikan anak, kita mengenal istilah STEM (science,
technology, engineering, math – Sains, Teknologi, Teknik Mesin, Matematika).
Inilah kemampuan yang sangat diperlukan anak di masa depan sehingga perlu
distimulus sejak usia dini. Mengapa? Ada sederet alasan logis yang perlu
dicermati.
SATU
STEM mengasah kemampuan anak untuk berpikir logis, kritis,
analitis, kreatif, dan inovatif. Kelak saat anak dewasa, ia membutuhkan
kemampuan-kemampuan ini untuk menghadapi dunia. Meski kelak anak kita tak minat
di jurusan teknik, komputer, sains dan sejenisnya, kemampuan ini tetaplah ia
butuhkan.
DUA
Menstimulasi konsentrasi anak dan perkembangan motorik halus.
STEM, khususnya produk-produk teknologi, ternyata dapat menjadi stimulus
konsentrasi anak. Penggunaannya pula melatih kemampuan motorik halus di mana
jemari-jemarinya diharuskan mengoperasikannya. Ditambah, adanya koordinasi mata
dan tangan juga sangat terstimulus saat anak belajar teknologi.
TIGA
Mengembangkan keterampilan sosial.
Teryata oh ternyata... kemampuan STEM turut andil dalam kecerdasan sosial anak. Hal ini amat sangat mengejutkan saya. Mengingat teman-teman saya yang mengambil kuliah dan kerja di jurusan IT dan Teknik pada umumnya pendiam (mungkin memang kebetulan teman-teman saya itu pendiam dan tak suka bergaul).
Awalnya saya tak percaya. Namun poin ini didapat dari hasil penelitian yang dilakukan Kumtepe (2006) bahwa anak-anak yang melek komputer ternyata memiliki keterampilan sosial yang lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang tak mendapat pelajaran komputer.
Teryata oh ternyata... kemampuan STEM turut andil dalam kecerdasan sosial anak. Hal ini amat sangat mengejutkan saya. Mengingat teman-teman saya yang mengambil kuliah dan kerja di jurusan IT dan Teknik pada umumnya pendiam (mungkin memang kebetulan teman-teman saya itu pendiam dan tak suka bergaul).
Awalnya saya tak percaya. Namun poin ini didapat dari hasil penelitian yang dilakukan Kumtepe (2006) bahwa anak-anak yang melek komputer ternyata memiliki keterampilan sosial yang lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang tak mendapat pelajaran komputer.
EMPAT
Menjadi jembatan untuk anak berpikir abstrak. Yang ini sudah jelas
dan tak perlu penjelasan, dan pastinya wow kan mak! Saya teringat film kartun keluaran
Pixar-Disney bertajuk “Inside Out” yang mengisahkan tentang aktivitas otak
kita. Di sana ada ruangan khusus untuk pengolahan abstrak di mana si tokoh kartun
terjebak di dalamnya dan mengalami proses tahap demi tahap yang rumit. Amazing!
LIMA
Ibu-ibu di dunia (terutama Barat) mempersiapkan anak berkemampuan STEM. Mereka
tahu betul bahwasanya karier di masa depan sangatlah misterius. Kita tak akan
tahu secanggih apa teknologi berkembang ketika anak kita dewasa.
Bahkan menurut Huffingtonpost, 65 persen pekerjaan di masa depan belum tercipta saat ini! Mempersiapkan kemisteriusan itu, STEM adalah salah satu kemampuan yang diprediksi akan terus dibutuhkan.
Bahkan menurut Huffingtonpost, 65 persen pekerjaan di masa depan belum tercipta saat ini! Mempersiapkan kemisteriusan itu, STEM adalah salah satu kemampuan yang diprediksi akan terus dibutuhkan.
Masih banyak manfaat lain dari pembelajaran teknologi untuk
anak. Namun lima poin di atas buat saya amat sangat cukup menggairahkan
semangat mengajarkan teknologi pada anak. Duh, jaman sampai bocah hanya tahu
tentang Youtube dan Game, namun nihil tentang apa itu teknologi.
Namun, bagaimana mengajarkan anak tentang teknologi dengan cara
asyik dan tanpa ancaman negatif? Saya sudah (meski masih dasar dan acak adut)
mempraktekkannya di rumah bersama bocah. Jangan membayangkan hal-hal rumit
tentang kabel dan solder ya mak. Bahkan dari selembar kertas saja kita bisa
mengenalkan apa itu teknologi.
Loh loh... Bingung kan... Jadi mamak-mamak tersayang.... Berpikirlah
sederhana dulu, karena yang saya bicarakan adalah anak usia dini, yakni anak
balita usia PAUD-TK. Bermainlah dari apa yang ada, adanya apa.
Kalau si kecil membongkar mainannya, itu adalah proses pengenalan
teknologi loh mak. Ketika bocah ingin turut serta mengobrak-abrik dapur,
mencampur ini itu, memencet berulang-ulang tombol blender hingga rice cooker,
itu pun proses pengenalan teknologi.
Saya ingin sedikit membocorkan aktivitas anak saya, Faruq
yang sekarang usianya 4 tahun. Aktivitas pengenalan teknologi ini saya lakukan
sejak usia dia 3 tahun. Berikut di antaranya.
Mengenal Listrik dan Alat Elektronik
Buatlah flaschcard foto-foto barang elektronik yang ada di rumah. Lalu, kenalkan barang-barang tersebut satu per satu. Jelaskan bahwa alat-alat ini bekerja jika “diberi” listrik. Minta anak menyebutkan barang elektronik lain yang juga butuh listrik.
Yakin deh, si kecil bisa jawab sederet alat elektronik, termasuk yang ada di imajinasinya, hahahaha. Di tingkat itu, artinya, pengetahuan bocah tentang listrik dan alat elektronik sudah oke.
Ada lanjutannya.... Jelaskan juga tentang bahaya listrik. Lalu, apa saja yang dilakukan jika bahaya itu terjadi.
Bermain On-Off
Hampir setiap anak menyukai senter. Dari senter yang sederhana, ternyata kita bisa menyelipkan pengetahuan teknologi ke anak usia dini. Ajarkan anak bahwa tombol on pada senter menyebabkan keluarnya cahaya, dan tombol off akan memadamkannya.
Selain senter, kita juga bisa menggunakan saklar lampu. Permainan ini bahkan saya lakukan ketika Faruq 2 tahun. Selain mengajarkan sebab-akibat sebuah benda bekerja, menekan tombol juga melatih motorik halusnya.
Membuat Mainan DIY Kardus Bekas
Laptop dari kardus? Bisa banget. Saya terinspirasi dari ibu kardus (Mbak Maliyati) yang membuat laptop DIY kardus dengan sangat detail. Saya belum mengeksekusi laptop. Namun saya berhasil membuat kamera kardus berkat keikut sertaan saya dalam acara playdate komunitas emak-emak yang mengundang penulis buku tutorial mainan kardus (Mbak Uchy Widya). Kamera kardus itu pun menjadi salah satu mainan “kesayangan” Faruq. Nangislah doi waktu temennya matahin si kamera kardus itu. (Nanti buat laptop kardus aja ya nak).
Berkreasi dengan Blocks dan Lego
Mainan biasa ini bisa jadi luar biasa untuk mengasah kreativitas anak, termasuk mengajarkan teknologi. Ajarkan bahwa mainan-mainan yang berbatrei merupakan hasil teknologi. Lalu, minta dia meniru bentuk mainan berbatrei tersebut dengan lego/blocks. Favorit Faruq: membuat robot!
Membuat Video Boneka untuk Youtube
Bukan hanya menonton, ajari pula proses video Youtube. Saya memilih melakukan syuting dengan boneka. Faruq yang memegang kamera, and Action! Ketika saya katakan, “Video ini akan ditaruh di Youtube.” Reaksi bocah pastilah kaget karena dia baru tahu ternyata kita pun bisa membuat video seperti yang dia tonton di Youtube.
Melukis di Laptop
Kalau ini awalnya pengalihan saja ketika bocah meminta laptop ayahnya. Buka saja aplikasi sejuta umat; Paint. Itu sangat cukup buat bocah usia dini menuangkan kegemarannya menggambar dan mewarnai.
Ada pula jadwal bermain yang belum sempat dieksekusi, berikut di antaranya yang mungkin dapat menjadi inspirasi aktivitas anak usia dini.
Berkunjung ke Pabrik
Teknologi pastilah tak melulu di kenalkan di dalam rumah. Namun agenda ini menghambat saya karena sulitnya mencari akses ke pabrik dengan status Faruq yang homeschooling. Mungkin saya akan alihkan saja ke tempat bengkel sepeda. Itu pun sangat bisa menjadi sarana mengenalkan teknologi.
Menggunakan Mesin Ketik
Cari mesin ketik manual di zaman now pastilah susahnya minta ampun. Namun hal ini bisa mengajarkan anak tentang teknologi sederhana. Nah, nantinya bisa dibandingkan deh dengan laptop yang versi canggihnya.
Kalau mengetik di laptop sih sudah bukan aktivitas istimewa lagi kan mak. Faruq bahkan sepertinya hampir setiap hari ketak-kletuk di keyboard saya.
Membuat Kompas DIY
Kompas bisa dibuat hanya dengan empat bahan saja loh mak; mangkok berisi air, jarum, magnet, dan styrofoam. Jarum digosok pada magnet, lalu taruh di atas styrofoam. Biarkan keduanya mengapung di atas air. Tararaaa~ Jadilah jarum itu menunjuk arah utara dan selatan. Kegiatan teknologi sederhana ini belum saya eksekusi karena Faruq belum belajar tentang mata angin. Tapi oke banget kan mak buat aktivitas main di rumah.
Main Kalkulator
Nah, kalau bocah udah tahu penjumlahan atau pengurangan sederhana, bisalah dikenalkan tentang kalkulator. Namun sekedar pengenalan saja ya. Jangan biasakan anak menggunakan kalkulator. Termasuk mamak pula jangan terlihat sering menggunakan kalkulator di depan anak. Dampaknya, anak akan malas menghitung manual nantinya karena dia sudah tahu cara instannya.
Telepon-teleponan
Ingat mainan klasik telepon-telephonan dari kaleng susu kental manis? Permainan itu pun dapat menjadi sarana pengenalan teknologi. Ajak anak dari proses membuatnya ya mak. Lalu ajarkan mengapa suara dari kejauhan dapat dihantarkan oleh seutas senar.
Membuat Aplikasi Sederhana
Sebelumnya, anak dikenalkan terlebih dahulu apa itu aplikasi. Namun tentu sulit membayangkan konsep tanpa praktek. Cobalah mempelajari pembuatan aplikasi sederhana, mungkin minta bantuan si ayah untuk coding. Ajarkan anak bahwa semua yang dia lakukan di gadget adalah dari aplikasi, dan aplikasi ini bisa dibuat sendiri. Wah, seantusias apakah dia nanti?
Sedikitnya itulah aktivitas bermainan untuk mengenalkan
teknologi pada anak. Naaah mak.... Kalau pengenalan teknologi sudah oke
diajarkan di usia dini, kelanjutannya gampang banget banget mak. Di usia yang
keenam, bocah sudah bisa diajarkan ke tahap selanjutnya yang mulai serius (tapi
tetap santai ya).
Saya transpirasi dari teman-teman di komunitas Homeschooling
yang saya ikuti, ada beberapa ibu yang mendapati anaknya jenius teknologi di
usia SD. Saya share tanpa nama ya mak, kesian nanti terkespos, he.
Ada satu ibu yang dengan kerennya menceritakan aktivitas anaknya yang bercoding ria. Coding ya mak, bukan game apalagi video. Anaknya sangat antusias sejak pertama kali mengenal coding.... Sederhananya, si bocah berpikir, “Oooh jadi begini cara buat game. Ngapain main game, aku bisa buat game sendiri!”
Ibu lain juga senasib, anaknya terjerat hati dengan coding. Tapi beda dari ibu pertama, si ibu ini gaptek. Dia merasa nggak bisa ngikutin minat anaknya alias nggak bisa ngajarin coding di rumah (yaiya, saya pun nyerah kalau sudah order kodi-kodian, eh maksudnya belajar per-coding-an). Jadilah dia masukkin anaknya ke sekolah teknologi berbasis homeschooling. Muihil mak biaya sekolahnya.
Ada lagi yang nggak tertarik coding, tapi hobi banget utak-atik desain grafis. Ini bocah awalnya suka aktivitas menggambar. Ibunya lalu mengarahkan ke digital. Jadilah anak ini sekarang kerja sebagai desainer ilustrator. Mantap!
Itulah sedikit cerita ibu-ibu hebat ya mak. Kalau saya yang
remah-remah ini niat hati ingin kursus x, y, dan z. Desain grafis lah, video keriting
eh editing, digital marketing lah... Tapi apalah daya tanpa waktu. Saya hanya
bisa mengenalkan anak saja apa itu teknologi secara dasar. Selanjutnya, untuk
urusan skills, daftarkan saja bocah ke tempat kursus. Minat dan bakatnya akan ketahuan
nantinya.
Ini tempat kursus keren amat deh. Banyak perusahaan beken
yang pegawainya dikursusin sama si Dumet. Kabar gembiranya, tempat kursus ini
buka kelas buat anak! Nah loh, terfasilitasi lah ibu-ibu macam saya. Cabangnya
banyak pula, tinggal pilih yang paling deket rumah. Ada di Kelapa Gading,
Grogol, Tebet, Srengseng. Di Depok juga ada. Deket banget kan. Biaya kursusnya
juga terjangkau banget. Garansi 100 persen uang kembali pula.
Itu tuh harga les coding, mak. Nah kalau bocah lebih suka desain,
ada paket lain yang ditawarin mak. Dari webnya sih begini nih:
“Jika anda mendaftar langsung untuk 2 modul (Fun Coding for Kids + Fun Design for Kids), anda akan mendapatkan diskon Rp 1.500.000. Jadi anda hanya membayar Rp 4,9 Juta untuk 2 modul (Fun Coding for Kids + Fun Design for Kids).”
Lagi ada promo juga nih... Tahu aja emak-emak suka diskonan.
Gimana, masih ragu kenapa di Dumet? Di sana, anak bisa dapat
banyak hal yang sesuai usianya. Kalau saya tentu pilih yang pasti; pasti kalau anak
saya akan punya skill seusai kursus.
Cuuuss ke webnya aja mak: https://www.dumetschool.com/coding-for-kids
Ke medsosnya juga bisa: https://www.facebook.com/dumetschool
dan https://www.instagram.com/dumetschool/
Saya nggak jualan ya mak. Saya juga ga dapet fee kok dari
promo ini. Atau tonton dulu video ini mak, biar mantab.
Mak, bisa juga ikutan trialnya dulu. Saya tahu banget
anak-anak tuh jiwanya bebas. Udah didaftarin kursus ini itu, eh berangkat cuma dua
hari. Padahal udah bayar full satu bulan. Biasa banget itu mak.
Coba ikut trial kelasnya dulu (daftar atau tanya-tanya disini (klik) atau kontak ke 021-2941-1188 –WA bisa ko / email info@dumetschool.com). Jangan
lupa juga, kenalkan dulu mak apa itu coding, apa itu motion graphic. Lalu pastinya,
di usia dini, sudah dikenalkan apa itu teknologi. Biasanya, anak antusias
sangat dengan barang-barang berbau teknologi. At last, Selamat berteknologi ria
bersama bocay (bocah tersayang)^^
Thanks for information, kunjungi juga http://bit.ly/2Zr6YRE
BalasHapus