Ada ‘Rapor’ Anak dari Posyandu Loh, Bund!
Bunda, pernah dengar
perihal 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)? Sejatinya, kampanye 1000 HPK sudah
tak asing bagi para ibu hamil, menyusui, dan ibu dengan anak baduta. Jika bunda baru mendengar kampanye tersebut, berarti ada yang “missed” alias bunda
ketinggalan informasi tentang tumbuh kembang anak. Aduh! Gimana dong?
Bund, tak perlu panik.
Saya yakin, tanpa kampanye pun, setiap ibu sangat peduli dengan pertumbuhan anaknya.
Tanpa dikoar-koar pun, setiap ibu tentu saja sangat mencegah terjadinya stunting
(pengerdilan) pada anak-anaknya. Adakah ibu di dunia ini yang gembira melihat
anaknya tak “sebesar” anak seusianya? Tentu saja tidak! Tidak! Tidak sejuta
kali!
Hanya saja bunda, kita
perlu menilik ‘rapor’ anak yang mengurai data secara pasti dan bukan sekedar
melihat anak secara kasat mata. Tahukah bunda, ciri-ciri stunting tidak bisa
dilihat hanya karena anak bertubuh pendek ataupun kurus. Tak dapat pula
mengukur keberhasilan dengan gemuknya badan si anak. Big No! Kita perlu catatan
perkembangan anak setiap bulan selama 1000 HPK. Dari mana data itu? Tentu saja
posyandu. Punya nggak bunda?
Punya ‘Rapor’ Anak Selama 1000 HPK? Coba cari Bun, kali nyelip di cucian....
Sejak hamil, anak
sudah memasuki masa 1000 HPK loh Bun. Angka seribu dihitung sejak si kecil
masih benih di hangatnya rahim kita, hingga lahir ke dunia dan tumbuh besar di
usia 2 tahun. Inilah periode emas yang menentukan masa depannya. Apakah dia
akan tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, dan ceria? 1000 tahun pertama
kehidupannya lah yang sangat mempengaruhinya.
Nah, bunda memiliki
catatan kesehatan si kecil dari dia janin sampai sekarang? Setiap cek rutin,
pastilah ada catatan medis dari dokter ataupun bidan. Setelah lahir, ada pula
catatan pertumbuhan si kecil, dari berat badan, tinggi atau panjangnya, perkembangannya,
catatan kesehatannya, hingga pemenuhan imunisasi.
Yap, KMS! Kartu Menuju
Sehat! Kartu inilah catatan rekam tumbuh kembang anak yang paling mainstream
dan semestinya dimiliki setiap anak di negeri ini. Setiap anak yes, bukan
setiap ibu! Karena KMS memang milik anak, bahkan bisa dianggap, itu adalah ‘rapor’
mereka.
Saat ini, KMS bahkan berbentuk
buku (warna pink). Lengkap di dalamnya informasi dari masa kehamilan,
melahirkan, hingga panduan membesarkan anak dari pola gizi, pola asuh, dan sanitasi.
Dari ‘rapor’ anak itu,
kita bisa melihat dan meneliti, apakah buah hati tumbuh dengan sehat, tumbuh
dengan semestinya, tumbuh sesuai anak usianya? Jika grafik menunjukkan ombak
bergelombang, gunung naik turun, atau bahkan terus setia berada di lembah
kuning, maka orang tua patut waspada. Bisa jadi, si kecil yang nampaknya sehat
dan aktif bermain itu mengindikasikan gejala stunting. Oh No!
Ngomong-ngomong, Stunting Itu Apa Sih?
Stunting biasanya
dimaknai dengan pengerdilan atau anak tumbuh lebih pendek dibanding teman-teman
seusianya. Namun sebetulnya bunda, maknanya lebih dari itu.
Menurut UNICEF,
Stunting didefinisikan dengan pertumbuhan terhambat berdasarkan standar WHO. Selain
tinggi badannya yang minus, stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak
yang tidak maksimal, kemampuan mental yang kurang, bahkan dalam kondisi
tertentu, stunting berkaitan dengan kurang gizi dan beresiko pada kematian.
Ada fakta dari data
yang akan mengejutkan kita para bunda... Global Nutrition Report pada tahun
2014 mencatat Indonesia masuk dalam 17 negara yang mengalami beban ganda
permasalahan gizi. Di negeri tercinta kita, ada 9 juta anak dari 159 juta anak dunia
yang menderita stunting. Wow! Padahal negeri ini bukanlah negara kering
kerontang, bukan negara miskin, bukan pula negara perang. Kok bisa?
Jangan-jangan tanpa sadar, anak kita.....
Jangan-jangan.... Anak Kita Tergolong Stunting?
Coba Cek!
Bukan maksud hayati
menuduh bunda tak memberi makanan bergizi...
Ada banyak faktor yang mempengaruhi. Bisa jadi, saat hamil, bunda lupa
meminum suplemen zat besi. Saat baru melahirkan, susah keluar ASI hingga
terpaksa memberi sufor. Bisa jadi pula (dan mungkin banyak dialami para ibu)
anak-anak yang susah makan, GTM parah, maunya makan itu itu saja. Saya pun
mengalami poin pertama dan terakhir.
Merasa senasib Bund? Karena
itulah, sangat penting untuk terus mengecek tumbuh kembang si kecil. Sebagai screening
awal, lihatlah fisik si kecil. Apa dia berbadan lebih pendek dari teman
seusianya? Apakah tubuhnya lebih kecil? Apakah berat badannya rendah?
Adakah anak memiliki ciri-ciri
di atas? Atau bunda tak bisa memastikan? Karena itulah, ‘rapor’ anak sangat
penting kan bundaaa... Si buku pink ajaib harus selalu diisi. Itu pun tak cukup,
pergilah ke posyandu secara rutin.
Ahh,
Malas ke Posyandu.... Paling-paling nimbang
doang. Di rumah juga ada timbangan!
Perlu diakui, tidak
semua posyandu memberikan pelayanan sesuai harapan. Tidak semua kader yang
benar-benar menjalankan tugas dengan baik. Beberapa kali saya merasa kecewa,
namun saya tetap datang ke sana setiap bulan. Mengapa? Karena di sana lah ‘rapor’
anak saya dipantau dan dari sana pula saya selalu update program dan layanan
dari pemerintah. Jangan update gosip saja lah bunda.
Di posyandu lah, buku
rapor itu akan diisi, dijelaskan, dipantau. Di posyandu pula, buah hati
tersayang kita akan diawasi perkembangannya, diantisipasi dari stunting, ditanggulangi
jika terlanjur terjadi. Di sana lah, si kecil akan dievaluasi pola gizinya, pola
asuhnya, sanitasinya. Pun mendapat imunisasi, vitamin, obat cacing, tambahan
makanan, dan program-program pemerintah yang benefitnya luar biasa untuk anak.
Termasuk pula program Kampanye Gizi Nasional (KGN), didapat ya hanya dari
posyandu, Bund!
Bukan cuma rugi, kasihan
si kecil jika tak rajin ke posyandu. Bagi saya, membawa anak ke posyandu adalah
salah satu hak anak yang harus saya tunaikan sebagai ibu. Karena itulah, saya paling
cerewet mengajak tetangga untuk pergi ke posyandu, meski saya bukan kader.
Setelah dari Posyandu, Ayo Bergerak Sebelum Terlambat
Jika KMS sudah diisi
lengkap dan dipantau posyandu, ‘rapor’ si kecil pun terpampang terang. Bersyukurlah
dan pertahankan jika perkembangannya normal. Upayakan terus gizi si kecil
dengan makanan berimbang empat bintang (karbohidrat, protein hewani, protein
nabati, dan sayur), ASI yang cukup, imunisasi lengkap. Asuhlah ia sesuai
perkembangan usianya dengan bermain mengasah motorik dan sensoriknya. Terakhir,
upayakan sanitasi dengan kebiasaan-kebiasaan baik tentang kebersihan.
Lalu, bagaimana jika ‘rapor’
si kecil menunjukkan lampu kuning bahkan merah? Belum terlambat! Bunda perlu
mengupayakan intervensi gizi. Segeralah merujuk ke dokter ataupun bidan untuk
mendapatkan detail kebutuhan si kecil.
Ayo bunda, bergerak dan berjerih payah untuk si kecil! Karena ibu adalah kunci utama perkembangan buah hati.
Rujukan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar