Bali
di Pelupuk Mata tak Nampak, Jeju di Seberang Lautan Terlihat
Indonesia
memiliki keunggulan pariwisata terutama oleh keindahan alam yang luar biasa dan
kebudayaan yang amat beragam. Negeri ini bahkan menjadi salah satu destinasi
favorit mancanegara. Anehnya, masyarakat Indonesia justru lebih suka berwisata
ke luar negeri. Keindahan negeri sendiri tak nampak, keglamoran negara lain dianggap
lebih indah.
Keunggulan
pariwisata Indonesia terbukti dari peringkat dunia yang diperoleh negeri ini.
Dikabarkan oleh Kompas, Indonesia yang diwakili Bali masuk sebagai 25 destinasi
terbaik dunia versi AS News & World Report 2016-2017. Lebih tepatnya, Pulau
Dewata meraih peringkat 22 di antara 25 destinasi terbaik seluruh dunia.
Peringkat tersebut bahkan di atas satu tingkat dari San Fransisco, California
yang terkenal dengan Hollywood-nya.
Namun
ternyata fakta ini hanya terlihat oleh para wisatawan asing. Pasalnya, di
negeri sendiri, jumlah wisatawan lokal hanya berkisar puluhan ribu sementara
warga yang berwisata ke luar negeri mencapai angka jutaan jiwa. Data dari
Kemenparekraf dan BPS, jumlah warga Indonesia yang berwisata ke luar negeri
mencapai angka 6,67 juta di periode Januari-November 2016. Tahun sebelumnya,
jumlah tersebut mencapai 7,8 juta (2014) dan 7,9 juta (2015).
Sementara
jumlah wisatawan nusantara hanya 236 ribu (2011), 245 ribu (2012) dan 250 ribu
(2013). Angkanya tak pernah tembus di atas 300 ribu, apalagi satu juta. Jumlah
ini jauh lebih banyak daripada wisatawan mancanegara yang memilih berlibur ke
Indonesia. Dikabarkan kantor berita Antara, pada Juli 2016 lalu, BPS bahkan mencatat
rekor baru kunjungan wisman yang mencapai 1,03 juta kunjungan. Artinya, orang
asing lebih menikmati pariwisata Indonesia, ketimbang warganya sendiri.
Mirisnya,
destinasi favorit luar negeri oleh warga Indonesia bukan lain adalah Singapura,
Malaysia dan Tiongkok (Data World Tourism Organization, dilansir bisniswisata).
Di tahun 2016, tren mulai berubah. Diungkap dalam survei skycanner yang dikutip
dari liputan6, Korea Selatan meraih peringkat pertama sebagai destinasi populer
warga Indonesia. Padahal, jika melihat destinasi wisata keempat negara tersebut,
jumlahnya tak sebanyak dan tak mampu menandingi negeri ini. Bila menilik AS
News & World Report, keempatnya pula tak masuk dalam 25 destinasi terbaik
dunia.
Maka
muncul pertanyaan, mengapa keindahan Indonesia tak diminati warga sendiri dan
justru memilih berlibur ke negara lain yang bahkan pilihan wisatanya itu-itu
saja. Singapura dan Malaysia unggul di ranah fasilitas hiburan seperti Universal
Studio atau Lego Land yang sebetulnya Jakarta memiliki hiburan sejenis yang jumlahnya
sangat banyak dan amat sangat beragam. Tiongkok terkenal dengan tembok raksasa
dan barang murah yang sebetulnya Indonesia memiliki Candi Borobudur dan Candi
Prambanan, juga barang unik murah di Malioboro, Jogja atau di kota kembang,
Bandung. Adapun Korea Selatan terkenal dengan Pulau Jeju yang sebetulnya amat
sangat jauh keindahannya dibandingkan Bali.
Destinasi
yang disebut di atas belum seberapa dengan kekayaan wisata Indonesia. Beberapa
diantaranya yakni Danau Toba (Sumatera Utara), Bukittinggi (Sumatera Barat),
Anambas (Kep. Riau), Way Kambas (Lampung), Ujung Kulon (Banten), Karimun Jawa
(Jawa Tengah), Bromo (Jawa Timur), Kepulauan Derawan (Kalimantan Timur), Pulau
Komodo (Nusa Tenggara Timur), Bunaken (Sulawesi Utara), Raja Ampat (Papua
Barat) dan masih banyak lagi.
Jika
ditilik lebih jauh, banyak alasan mengapa warga Indonesia lebih memilih wisata
ke luar negeri meski negeri sendiri sangat indah. Pertama, prestise. Ada
anggapan di tengah masyarakat bahwa seorang yang pergi ke luar negeri adalah
orang kaya. Prestis yang didapat sangat tinggi. Padahal, ongkos yang
dikeluarkan untuk perjalanan Jakarta-Malaysia kira-kira tak beda jauh dengan
Jakarta-Jogja. Apalagi mengingat tak perlu visa untuk pergi ke sesama negara
Asia tenggara.
Kedua,
harga wisata luar negeri yang lebih murah dibanting wisata domestik. Sebagaimana
disebut sebelumnya, mana yang dianggap “wah” oleh teman-teman, ke Jogja atau ke
Malaysia? Dengan harga yang sama, seorang bisa ke luar negeri yang dianggap
lebih keren daripada ke Jogja yang hanya dianggap lokal.
Dikabarkan
oleh Kompas, salah satu alasan tingginya minat masyarakat untuk wisata ke luar
negeri adalah harga tiket pesawat terbang ke luar negeri yang lebih terjangkau.
Misalkan saja penerbangan Jakarta-Singapura (tahun 2011) hanya USD 86 dolar PP.
Sementara untuk Jakarta-Bali saja tak cukup Rp 500 ribu sekali jalan. Contoh
lain, untuk pergi ke Raja Ampat, tarif yang dipatok Rp 5-9 juta belum termasuk
pesawat tambahan ke lokasi destinasi. Namun dengan harga yang sama, wisatawan
bisa mengambil paket lengkap wisata Tiongkok selama 8 hari!
Alasan
ketiga, wisata Indonesia dianggap tak menarik dan tak dikelola dengan baik. Hal
ini dikabarkan oleh Republika bahwa pemerintah baik pusat dan daerah tak pernah
serius mengembangkan potensi wisata yang sangat kaya tersebut. Hasilnya,
wisatawan asing justru lebih mengenal Bali ketimbang warga negara sendiri.
Warga Indonesia sangat minim informasi mengenai destinasi wisata di negeri
sendiri.
Saya
teringat dengan seorang teman yang tinggal di Jakarta namun berasal dari
Lombok, Nusa Tenggara Barat. Sepulang dari kampung, ia memperlihatkan
pemandangan pantai di desanya yang amat sangat eksotis. Saat itu saya mengira
ia mengambil foto tersebut dari google, sebuah foto pantai di negara entah di
mana. Nyatanya, ia kemudian memperlihatkan foto lain dengan pantai yang sama
dan ia berdiri seorang diri di sana. Ya, seorang diri. Pantai itu sangat bersih
dan biru. Foto layaknya wallpaper di personal computer itu ternyata ada di
Indonesia.
Tersadarlah
saya bahwa selama ini saya hanya mengenal Bali, padahal masih banyak destinasi
wisata lain yang tak kalah dari Bali. Jika ada seseorang yang benar-benar
menjelajah negeri ini dari Sabang sampai Merauke, mungkin ia akan menemukan
jutaan destinasi wisata yang perlu dijelajahi. Destinasi yang membuat mata
terbelalak, namun tak terjamah dan tak dikenali. Destinasi yang semestinya
diunggulkan daripada sekedar plesir ke luar negeri.
Published at: ridwanloekito.id - Keterangan: Ini adalah artikel yang saya tulis untuk blog ridwanloekito (2017). Kepemilikan artikel (credit) untuk ridwanloekito.id. Harap cantumkan sumber untuk reshare!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar