Sejak pandemi, ketahanan pangan lagi digadang-gadang pamornya. Bukan cuma pemerintah, ibu rumah tangga pun punya inisiatif untuk membangun ketahanan pangan keluarga. Kalau yang pernah saya baca, dari para blogger emak-emak, aksi ini bisa beragam cara.
1. Berkebun di Rumah
Menanam bahan pangan sendiri di lahan kosong sekitar rumah. Yang lagi ngetren nih: hidroponik. Tanaman kangkung di atas ember yang isinya ikan lele, pernah liat di medsos? Sekali panen, dua tiga periuk melampaui. Masak tumis kangkung plus pecel lele. Yummy.
Cakep betul kan kalau bisa berkebun. Sayangnyaaa, aku tak bisaaaa. Apalaaah sayaaa yang selalu gagal tanam menanam.
Aku mungkin akan ada di baris terdepan kalau ada pakar yang bilang "Berkebun itu butuh bakat". Teringaaaaatlaaah, sejak SD, setiap ada tugas tanaman, kenapaaa cuma tanamanku yang ga tumbuh. Dari satu kelas yang isinya 40 orang, kenapa cuma aku? Why why why? Udah jadi emak-emak pun, pot kosong cuma baris aja di belakang rumah. Ga ada isinya alias tanaman mati setelah kurang lebih 1 bulan sejak benih. Ckck, miris.
2. Atur Keuangan
Atur uang belanja pun termasuk ketahanan pangan yang bisa dilakukan mamak. Jadi, ga ada besar pasak daripada tiang, ga besar jajan g***food daripada memasak.
Untuk poin kedua ini, aku pun tak sanggup. Semua keuangan biar suami yang urus. Entah gimana, uang kalau di tanganku cepat lenyap. Heran. Ada aja yang dibeli.
Kalau kata suami, aku ini tipe dominan. Semua orang dominan pasti kacau balau keuangannya. Ya baiklah, saatnya melirik kelas Financial Planning.
3. Diversifikasi Pangan
Nah, cara ketiga lah yang kupilih. Meragamkan jenis pangan yang dikonsumsi keluarga. Belum berhasil kalau dikata. Tapi usaha tetap ada, terutama cari pengganti nasi & terigu.
Kalau suami bercita-cita makan tanpa nasi, belum berhasil karena koki rumah (baca:sayah) malaaass bebikin lauknya. Buatku, masuk dapur tuh beraaat sangat... Tapi semangat 45 kalau eksperimen bikin cemilan, haha.
Sekarang ini, kalau aku pribadi, lagi berusaha kurangi terigu. Idealisnya: terigu itu dari gandum yang ga tumbuh di Indonesia. Kita selalu impor gandum, bahkan terigu. Jadi memang seharusnya, kita orang pribumi ga makan gandum kan. Tapi oh tapi, realita selalu berbeda.
Cara ala saya: Kurangi gorengan tepung, walau masih susah buat ga bikin balabala. Bebikin cilok dan kawan kawan dari tapioka aja. Kemudian, teringat punya buku ini (yang di pic). Dulu pernah beli ini, jadi sekarang, saatnya praktek! Cus!
*ditulis untuk challenge pekanan Komunitas Ibu Profesional Depok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar